Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2025

Untuk Kita yang akan Kalah

Untuk kita dua manusia yang keras kepala,  kisah kita tidak diharapkan semua orang, bahkan cinta kita dianggap kesalahan belaka dan perjalanan kita dianggap keliru oleh banyak mata... Kita tahu betul apa yang diharapkan masing-masing dari kita,  tapi lihatlah... kita tidak bisa mewujudkannya bukan? Iya, kita dikelilingi oleh kenyataan yang menyakitkan! hingga kita bingung, sebenarnya mulai dari kapan semuanya menjadi salah? Aku yang terlalu bimbang hati untuk memutuskan dan kamu yang terlalu batu untuk memperjuangkan! Titik temunya jauh dari jangkauan mata, tertutupi oleh rasa yang sama-sama tidak ingin kehilangan. Doaku serius pada semesta, supaya setelah ini ia berpihak padamu. Lagi-lagi, kita terlalu keras kepala untuk kita yang dihadang semesta....

Hujan

Aku suka hujan,  Aku suka tentang caranya mengubah langit cerah seketika mendung. Tidak memaksa, tetapi berjalan sesuai takdirnya.  Aku suka hujan, ketika ia mampu menciptakan suara riuh pada rumah yang sepi.  Aku tertarik pada caranya memberikan kehangatan pada isi rumah yang sudah berjarak. Pada sang pemilik hujan terkadang kuberdoa, supaya menurunkan pereda isi kepala yang gemuruh dalam bentuk tetesan-tetesan air yang penuh dan jenuh rindu ingin turun ke bumi.

Seorang Perempuan dan Perjalanan Menyedihkannya

Akhir-akhir ini, perempuan itu jadi lebih sering berkelana sendiri.  Mencari sebuah tenang yang tak kunjung temu.  Kemana ia? Hilangkah? Seperti sudah ia dapatkan seluruhnya, ternyata tidak. Sejengkal pun belum.  Lalu apa? Ya anggap saja menemukan Edelweis di tengah perjalanan menuju puncak.  Abadi walau tidak selamanya.  Patahnya sudah terlihat sejak awal, tetapi lucunya perempuan itu memupuknya dengan berbagai harapan manis di dalamnya.  Lalu akhirnya apa? Sekarang ia menangis sendirian. Setelah puas menangisinya, perempuan itu kemabali melangkah. Tetapi perjalanan kali ini berbeda, ada yang hilang.  Iya, semuanya sudah hilang.  Ia mulai mengkhayal, andai di luar angkasa sana ada sebuah tempat untuk melakukan apapun, mencintai siapapun dan hidup bersama dengan siapapun tanpa ada batasan norma, adat terlebih-lebih Agama di dalamnya.  Haha, khayalan itu lucu. Mustahil.  Perempuan itu tersadar, lalu menangis lagi  Kali ini lebih dera...

SEKUAT APALAGI?!

Juni ini, tepat setahun yang lalu, ketika bayang-bayang kesedihan masih menghantui, Mah Pah. Namun, sebelum itu, aku masih bertanya-tanya, dari mana semua rasa kecewa ini dimulai? Apakah dari pukulan-pukulan kecil yang terus mendarat di tubuh anak sekecil itu, atau saat aku beranjak dari rumah dan tidak pernah ditanyakan "bagaimana kabarmu?" Kembali ke Juni tahun lalu, Mah Pah, ketika anak pertamamu berhasil melewati semua rintangan dan akhirnya bisa mendapatkan jadwal wisuda. Aku senang, senang banget. Tapi, entah kenapa, semua hal tidak berjalan sesuai dengan yang diinginkan. Kerjaanku kacau, gaji tidak dibayar, dan semua hal berantakan. Saat itu, anakmu bingung harus bagaimana, jangankan membeli baju baru atau kebaya selayaknya anak-anak yang akan wisuda, bahkan untuk makan saja susah. Aku bersyukur punya orang-orang baik saat itu, yang menjadi pelabuhan terakhirku. Karena hubungan yang sudah retak, bahkan untuk mengadu dan mengeluh pun rasanya tidak layak. Beban semua aku...