SEKUAT APALAGI?!

Juni ini, tepat setahun yang lalu, ketika bayang-bayang kesedihan masih menghantui, Mah Pah. Namun, sebelum itu, aku masih bertanya-tanya, dari mana semua rasa kecewa ini dimulai? Apakah dari pukulan-pukulan kecil yang terus mendarat di tubuh anak sekecil itu, atau saat aku beranjak dari rumah dan tidak pernah ditanyakan "bagaimana kabarmu?"

Kembali ke Juni tahun lalu, Mah Pah, ketika anak pertamamu berhasil melewati semua rintangan dan akhirnya bisa mendapatkan jadwal wisuda. Aku senang, senang banget.
Tapi, entah kenapa, semua hal tidak berjalan sesuai dengan yang diinginkan.
Kerjaanku kacau, gaji tidak dibayar, dan semua hal berantakan. Saat itu, anakmu bingung harus bagaimana, jangankan membeli baju baru atau kebaya selayaknya anak-anak yang akan wisuda, bahkan untuk makan saja susah.

Aku bersyukur punya orang-orang baik saat itu, yang menjadi pelabuhan terakhirku.
Karena hubungan yang sudah retak, bahkan untuk mengadu dan mengeluh pun rasanya tidak layak.
Beban semua aku tanggung sendiri.
Aku berusaha kuat, aku berusaha meyakinkan diri bahwa semua masih baik-baik saja.

Menjelang hari bahagia itu, teman-teman di sekitarku sudah mulai mempersiapkan hari wisuda mereka, tapi aku? Haha, aku masih berkelut dengan "Besok makan apa?"
Tapi itu tidak apa-apa, karena yang lebih menyakitkan adalah ketika tidak ada satupun pertanyaan dari kalian mengenai hal itu.
Apakah aku sudah sedewasa dan sudah sekuat itu di mata kalian?
Sebenarnya, aku juga butuh dukungan kalian saat itu.

Disaat aku sudah bingung harus bagaimana, datang orang baik yang mau meminjamkan kebayanya untukku, Mah Pah. Aku senang banget, tapi jauh di lubuk hati terdalam,
aku kecewa pada semua yang terjadi.
Apakah kalian tahu, sepanjang hari wisuda itu, Toga yang aku gunakan tidak aku lepas? Kenapa?
Semua orang berkata "Ayo buka, kita berfoto".
Aku menolaknya dengan banyak alasan, Mah Pah.
Mereka tidak tahu alasan yang sebenarnya.
Bagi aku, hanya Toga itu lah hasil perjuanganku sendirian.

Hari itu, sebenarnya aku juga ingin mengadu;
"Mah Pah, IPK ku bagus",
"Mah Pah, aku Cumlaude",
"Mah Pah, lihat deh make up ku bagus", dan hal lainnya, seperti yang teman-temanku lakukan pada saat itu.
Sayangnya, hubungan kita sudah retak dan tidak sehangat itu.

Sepulang dari situ, aku menangis sendirian, Mah Pah.
Aku merasa semuanya tidak adil dan mengecewakan.
Kalau kalian mau tahu, aku kuat hanya karena teman-teman yang aku punya.
Mereka baik, Mah Pah. Mereka selalu ada, mereka tahu apa yang aku lalui, sampai akhir pun aku hanya punya mereka.

Sampai waktu berlalu dan aku sadar aku sudah sedewasa itu, buktinya aku punya banyak tanggungjawab. Bukan cuma diri sendiri, tetapi adek-adekku juga...
Aku bisa kuat sampai akhir, tidak ya? Aku hanya berharap raga ini tetap kuat dan sehat, Mah Pah. Supaya bisa terus memberi makan harapan dan impian kalian!"

    

Komentar

Postingan populer dari blog ini

UAS Telaah novel

UAS Telaah novel